11 nelayan Indonesia diselamatkan setelah bertahan enam hari tanpa makanan atau air di pantai Australia
keren989
- 0
Untuk mendapatkan pemberitahuan berita terkini gratis dan real-time yang dikirim langsung ke kotak masuk Anda, daftarlah ke email berita terkini kami
Berlangganan email berita terkini gratis kami
Berlangganan email berita terkini gratis kami
Pihak berwenang Australia telah menyelamatkan 11 nelayan Indonesia setelah mereka bertahan enam hari tanpa makanan atau air di sebuah pulau kecil terpencil di Samudera Hindia.
Para korban selamat diselamatkan pada Senin dari Pulau Bedwell, yang terletak 195 mil (313 km) sebelah barat pantai kota Broome di Australia Barat, kata Otoritas Keselamatan Maritim Australia (AMSA).
Sembilan nelayan lainnya dikhawatirkan tewas.
Para nelayan tersebut terdampar setelah dua kapal mereka hancur pekan lalu akibat topan tropis Ilsa, salah satu badai terkuat yang melanda wilayah tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Sebuah pesawat keamanan perbatasan melihat mereka selama misi pengawasan terhadap topan yang menghantam Australia sebagai badai Kategori 5.
Pihak berwenang Australia mengalihkan pesawat penyelamat untuk menyelidiki dan memerintahkan helikopter penyelamat untuk mengangkut para nelayan ke Broome.
Para penyintas mengatakan, ada dua kapal penangkap ikan yang masing-masing memiliki 10 awak kapal, namun satu kapal tenggelam dalam kondisi ekstrim topan tersebut.
Sembilan dari 10 awak kapal kedua, Putri Jaya, tidak diketahui identitasnya.
Satu-satunya yang selamat dari kapal kedua dilaporkan menghabiskan 30 jam di dalam air sambil berpegangan pada jerigen sebelum dijemput oleh nelayan dari kapal lain.
Foto-foto yang dirilis oleh pihak berwenang Australia menunjukkan sekelompok nelayan melambai ke helikopter penyelamat di atas, ketika kapal mereka yang rusak tergeletak di pantai.
Gordon Watt, manajer pemasok helikopter PHI Aviation, mengatakan “luar biasa” bahwa para nelayan bisa bertahan begitu lama. “Pasti sangat sulit bagi mereka karena wilayahnya sangat terpencil,” kata Watt kepada Australian Broadcasting Corporation.
Ia menambahkan, awak helikopter penyelamat kesulitan mendarat di pasir karena jarak pandang yang kabur.
“Mereka harus melakukan pemulihan kemenangan, yang merupakan tugas yang menantang. Waktu siang berarti saat penyelamatan, malam tiba bagi kru, sehingga mereka harus beralih menggunakan kacamata night vision untuk mendeteksi gambar (apa pun) dalam kegelapan, ”ujarnya.
“Jelas bahwa tim dapat mengidentifikasi menggunakan sensor di dalam pesawat bahwa para penyintas mengindikasikan bahwa mereka membutuhkan air dan minuman.”
Para penyintas dibawa ke Rumah Sakit Broome, di mana mereka berada dalam kondisi sehat meskipun mengalami cobaan berat.
Para nelayan Indonesia yang hilang diperkirakan menjadi satu-satunya korban jiwa akibat Ilsa, yang merupakan topan Kategori 5 maksimum ketika melintasi wilayah pantai Pilbara di negara bagian Australia Barat di barat daya Broome.
Hembusan angin berkecepatan 180km/jam (289km/jam) yang tercatat di sebuah pulau di lepas pantai Pilbara adalah yang tercepat yang pernah dicatat oleh peralatan biro cuaca Australia di negara tersebut. Meskipun angka tersebut masih tentatif, biro tersebut mengatakan pada hari Selasa bahwa kecepatan tersebut mengalahkan rekor sebelumnya yaitu 166 mph (267 kmpj) yang dicapai oleh Topan Vance di Pantai Pilbara pada tahun 1999.